KESADARAN PLURALISME DAN
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA AGAMA DALAM KOMUNITAS SEKOLAH
a) Kesadaran pluralisme
Dengan
menyadari bahwa masyarakat kita terdiri dari banyak suku dan beberapa agama,
jadi sangat pluralis. Maka, pencarian bentuk pendidikan alternatif mutlak
diperlukan. Yaitu suatu bentuk pendidikan yang berusaha menjaga kebudayaan
suatu masyarakat dan memindahkanya kepada generasi berikutnya, menumbuhkan akan
tata nilai, memupuk persahabatan antara siswa yang beraneka ragam suku, ras,
dan agama, mengembangkan sikap saling memahami, serta mengerjakan keterbukaan
dan dialog. Bentuk pendidikan seperti inilah yang banyak ditawarkan oleh
“banyak ahli” dalam rangka mengantisipasi konflik keagamaan dan menuju
perdamaian abadi, yang kemudian terkenal dengan sebutan “pendidikan
pluralisme”.
Apakah sebenarnya pendidikan pluralisme itu? Kalau kita melacak
referensi tentang pendidikan pluralisme, banyak sekali literatur mengenai
pendidikan tersebut atau sering dikenal orang dengan sebutan “pendidikan
multikultural”. Namun literatur-literatur tersebut menunjukkan adanya keragaman
dalam pengertian istilah. Sleeter (dalam Burnet, 1991: 1) mengartikan
pendidikan multikultural sebagai any set
of proces by which schools work with rather than against oppressed group. Banks, dalam bukunya Multicultural education: historical development, dimension, and
practice (1993) menyatakan bahwa meskipun tidak ada konsensus tentang itu
ia berkesimpulan bahwa di antara banyak pengertian tersebut maka yang dominan
adalah pengertian pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk people of color.
Lebih jelasnya, menariklah kalau kita
memperhatikan suatu defenisi tentang
pendidikan pluralisme yang disampaikan Frans Magnez Suseno (dalam Suara
Pembaharuan, 23 September, 2000), yaitu suatu pendidikan yang mengandaikan kita
untuk membuka visi pada cakrawala yang semakin luas, mampu melintas batas
kelompok etnis atau tradisi budaya dan agama kita sehingga kita mampu melihat
“kemanusiaan” sebagai sebuah keluarga yang memiliki baik perbedaan maupun
kesamaan cita-cita. Inilah pendidikan akan nilai-nilai dasar kemanusiaan untuk
perdamaian, kemerdekaan, dan solidaritas.
Senada dengan itu, Ainurrofiq Dawam menjelaskan defenisi pendidikan
multikultural sebagai proses pengembangan seluruh potensi manusia yang
menghargai pluralitas dan
heterogenitasnya sebagai konsekuensi
keragaman budaya etnis, suku, dan aliran (agama). Pengertian pendidikan
multikultural yang demikian, tentu mempunyai implikasi yang sangat luas dalam
pendidikan. Karena pendidikan itu sendiri secara umum dipahami sebagai proses
tanpa akhir atau proses sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan
multikultural menghendaki penghormatan dan penghargaan setinggi-tingginya
terhadap harkat dan martabat manusia darimana pun dia datangnya dan berbudaya
apa pun dia. Harapanya, sekilas adalah terciptanya kedamaian yang sejati,
keamanan yang tidak dihantui kecemasan, kesejahteraan yang tidak dihantui manipulasi, dan
kebahagiaan yang terlepas dari jaring-jaring manipulasi rekayasa sosial.
Muhammad Ali (dalam Kompas, 26 April 2002) menyebut pendidikan yang
berorientasi pada proses penyadaran yang berwawasan pluralis secara agama
sekaligus berwawasan multikultural, seperti itu, dengan sebutan “pendidikan
pluralis multikultural”. Menurutnya,
pendidikan semacam itu harus dilihat sebagai bagian dari upaya
komprehensif mencegah dan menaggulangi konflik etnis agama, radikalisme agama,
separatisme, dan integrasi bangsa, sedangkan nilai dasar dari konsep pendidikan
ini adalah toleransi.
Memperhatikan beberapa defenisi tentang pendidikan pluralisme
tersebut di atas, secara sederhana dapatlah pendidikan pluralisme didefenisikan
sebagai pendidikan untuk/tentang keragaman keagamaan dan kebudayaan dalam
merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau
bahkan dunia secara keseluruhan. Pendidikan disini, dituntut untuk dapat
merespon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan
persamaan hak bagi setiap kelompok.
b)
Strategi
pengembangan budaya agama dalam komunitas sekolah
Pengembangan
budaya agama memiliki landasan yang kokoh baik secara normatif, relegius dan
konsitusional. Sehingga tidak ada alasan bagi sekolah untuk mengelak dari upaya
tersebut, apalagi disaat bangsa dilanda krisis multidimensional yang intinya
terletak pada krisis akhlak dan moral. Karena itu perlu dikembangkan berbagai
strategi yang kondusif dan kontekstual dalam pengembangannya dengan tetap
mempertimbangkan secara cermat terhadap dimensi-dimensi pluralitas dan multi
kultural yang menjadi ciri khas bangsa indonesia serta mengantisipasi berbagai
akses yang mungkin terjadi sebagai akibat dari upaya pengembangan daya agama
dalam komunitas sekolah.
Adapun
strategi untuk membudayaakan nilai-nilai agama disekolah dapat dilakukan
melalui :
a.
Power strategi
yakni strategi pembudayaan agama islam disekolah dengan cara menggunakan
kekuasaan atau melalui people’s power, dalam hal ini peran kepala sekolah
dengan segala kekuasaannya sangat dominan dalm melakukan perubahan.
b.
Persuasive
strategy yang dijalankan lewat pembentukan opini dan pandangan masyarakat atuat
warga sekolah
c.
Normatif
re-educative norma adalah aturan yang berlaku dimasyarakat. Norma
termasyarakatkan lewat education. Normatif digandengkan dengan re- educatif
(pendidikan ulang) untuk menanamkan dan menganti paradigma berfiir masyarakat
sekolah yang lama dengan yang baru.
Pada strategi pertama tersebut dikembangkan melalui pendekatan
perintah dan larangan, sedangkan pada strategi kedua dan ketiga tersebut
dikemngkan melalui pembiasan, keteladanan dan pendekatan persuasif atau
mengajak kepada warganya dengan cara yang halus, dengan memberikan alasan dan
prospek baik yang bisa meyakinkan mereka. Sifat kegiatannya bisa berupa aksi
positif dan reaksi positif. Bisa pula berupa proaksi yakni membuat aksi atas
inisiatif sendiri, jenis dan arah ditentukan sendiri, tetapi membaca munculnya
aksi-aksi agar dapat ikut memberi warna dan arah pada perkembangan. Bisa pula
berupa antisipasi, Yakni tindakan aktif menciptakan situasi dan kondisi ideal
agar tercapai tujuan idealnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar