BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Salah
satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak
diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya
rata-rata prestasi belajar, khususnya peserta didik Sekolah Menengah Atas
(SMA). Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu
didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan peserta
didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita kurang
memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, untuk
mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan
logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik
dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara
individual.
Demikian
juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum menerapkan
pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran secara tuntas.
Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi pembelajaran
meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan
secara nasional masih rendah. Penerapan Standar Isi yang berbasis pendekatan
kompetensi sebagai upaya perbaikan kondisi pendidikan di tanah air ini memiliki
beberapa alasan, di antaranya: a) potensi peserta didik berbeda-beda, dan
potensi tersebut akan berkembang jika stimulusnya tepat, b) mutu hasil pendidikan
yang masih rendah serta mengabaikan aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti,
seni & olah raga, serta kecakapan hidup (life skill), c) persaingan global
yang memungkinkan hanya mereka yang mampu akan berhasil, d) persaingan
kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) produk lembaga pendidikan, dan 5)
persaingan yang terjadi pada lembaga pendidikan, sehingga perlu rumusan yang
jelas mengenai standar kompetensi lulusan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Prinsip dan Strategi penilaian kelas ?
2. Bagaimana
Ragam Penilaian Kelas ?
BAB II
PEMBAHASAN
Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program pendidikan, perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk didalamnya kurikulum dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.
Penilaian
berbasis kelas menggunakan pengertian penilaian sebagai “assessment” yaitu
kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang
hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar
mengajar. Data atau informasi dari penilaian berbasis kelas merupakan salah
satu bukti yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program
pendidikan.
A. Prinsip-Prinsip dan Strategi Penilaian Kelas
1.
Pengertian
Penilaian Otentik (Autehentic Assessment)
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Berikut adalah prinsip-prinsip
penilaian otentik :
a.
Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses
pembelajaran (a part of, not apart from instruction).
b.
Penenilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata
(real world problems). Bukan masalah dunia sekolah (school workkind of
problems).
c.
Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode
dan kriteria yang sesuai dengan karasteristik dan essensi pengalaman belajar.
d.
Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua
aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, apektif dan sensorimotorik)
2. Tujuan Penilaian Kelas
a.
Penelurusan (keeping track), yaitu untuk menelusuri
agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana.
b.
Pengecekan (checking-up), yaitu untuk mengecek adakah
kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajran.
c.
Pencarian (finding-out), yaitu untuk mencari dan
menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam
proses pembelajaran.
d.
Menyimpulkan (summing-up), yaitu untuk menyimpulkan
apakah anak didik telah menguasai seluruh komptensi yang ditetapkan dalam
kurikulum atau belum.
3. Fungsi Penialian Kelas
Fungsi Motifasi, penilaian yang
dilakukan oleh guru di kelas harus mendorong motifasi siswa untuk belajar.
Latihan tugas, dan ulangan yang diberikan guru harus memungkinkan siswa
melakukan proses pembelajaran baik secara individu maupun secara kelompok.
Fungsi
Belajar Tuntas, penilaian dikelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan
belajar siswa. Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh guru adalah : Apakah
siswa sudah menguasai kemampuan yang diharapkan, siapa dari siswa yang belum
menguasai kemampuan tertentu, dan tindakan apa yang harus dilakukan agar siswa
akhirnya menguasai kemampuan tersebut.
Fungsi Sebagai Indikator efektipitas Pengajaran, disamping untuk memantau kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar-mengajar telah berhasil.
Fungsi Sebagai Indikator efektipitas Pengajaran, disamping untuk memantau kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar-mengajar telah berhasil.
Fungsi
Umpan Balik, hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan
balik bagi siswa dan guru itu sendiri. Umpan balik hasil penilain harus sangan
bermanfaat bagi siswa agar siswa mengetahui kelemahan yang dialaminya dalam
mencapai kemampuan yang diharapkan dan siswa diminta melakukan latihan dan atau
pengayaan yang dianggap perlu baik sebagai tugas individu maupun kelompok.
4. Prinsip Penilaian Kelas
a. Mengacu ke
kemampuan (competency referenced).
Penilaian
kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah siswa telah menguasai
kemnampuan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum.
b. Berkelanjutan
(continuous)
Penilaian
yang dilakukan di kelas oleh guru harus merupakan proses yang berkelanjutan
dalam rangkaian rencana mengajar guru selama satu semester dalam tahun ajaran.
c. Didaktis
Alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa tes maupun non tes harus dirancang baik isi, format maupun tata letak (lay out) dan tampilannya agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian.
Alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa tes maupun non tes harus dirancang baik isi, format maupun tata letak (lay out) dan tampilannya agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian.
d. Menggali
informasi
Penilaian
kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk
mengambil keputusan dan umpan balik.
e. Melihat yang
benar dan yang salah
Dalam melaksanakan
penilaian, guru hendaknya melakukan anlisis terhadap hasil penilaian dan kerja
siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang secara umum terjadi
pada siswa sekaligus melihat hal-hal yang positif yang diberikan siswa.
5. Prosedur dan Metode Penilaian
Penilaian kelas yang baik
mensyaratkan adanya keterkaitan langsung dengan aktifitas proses belajar
mengajar (PBM). Demikian pula, PBM akan berjalan efektif apabila didukung oleh
penilaian kelas yang efektif oleh guru. Keterkaitan dengan keterpaduan antara
penilaian dan PBM dapat digambarkan pada siklus di bawah ini:
Pada
gambar diatas tampak jelas bahwa langkah yang guru lakukan dalam rangkaian
aktifitas pengajaran meliputi penyusunan rencana pengajaran, proses belajar
mengajar, penilaian, analisa dan umpan balik. Dalam menyususn rencana mengajar
ini hal-hal yang harus dipertimbangkan meliputi rincian komptensi yang harus
dicapai siswa, cakupan dan kedalaman materi, indicator pencapaian komptensi,
pengalaman belajar yang harus dialami siswa, persyaratan sarana belajar yang
harus diperlukan, dan metode serta prosedur untuk menilai ketercapaian
komptensi.
Penilaian
harus digunakan sebagai proses untuk mengukur dan menentukan tingkat
ketercapaian komptensi dan sekaligus unguk mengukur efektifitas proses
pembelajaran. Untuk itu, penilaian yang efektif harus diikuti oleh kegiatan
analisis terhadap hasil penilaian dan merumuskan umpan balik yang perlu
dilakukan dalam perencanaan dalam proses pembelajaran berikutnya.
Agar tujuan penilaian tersebut tercapai, guru harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengelaman belajar yang dilaluinya.
Agar tujuan penilaian tersebut tercapai, guru harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengelaman belajar yang dilaluinya.
B. Ragam Penilaian Kelas
1. Test Tertulis
a.
Tujuan Penggunaan Test
◊
Mendiagnosa siswa (kekuatan dan kelemahan).
◊
Menilai kemampuan siswa (keterampilan dan pengetahuan
atau pemahaman).
◊
Memberikan bukti atas kemampuan yang telah dicapai.
◊
Menyeleksi kemampuan siswa baik secara individu
maupuan secara kelompok.
◊
Monitoring standar pendidikan
b.
Fungsi
◊
Formatif di kelas atau classroom formative assessment
bertujuan mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar.
◊
Sumatif di kelas atau classroom summative assessment
betujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didik secara menyeluruh.
◊
Bentuk Instrumen Tes dan Penskorannya
OBYEKTIF
1) Pilihan Ganda
1) Pilihan Ganda
Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji
penguasaan komptensi pada tingkat berfikir rendah seperti pengetahuan
(recall)dan pemahaman, sampai pada tingkat berfikir tinggi seperti aplikasi,
analisis, sintetis dan evaluasi.
Bentuk soal
terdiri dari item (pokok soal) dan option (pilihan jawaban). Pilihan jawaban
terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor).
2) Benar/Salah
Bentuk soal ini memiliki dua kemungkinan jawaban yaitu
benar atau salah atau ya dan tidak. Dalam menyusun instrument pernyataan benar
salah harus diusahakan menghindari kata terpenting, selalu, tidak pernah,
hanya, sebagian besar dan kata-kata lain yang sejenis, karena dapat
membingungkan peserta test dalam menjawab. Rumusan butir soal harus jelas dan
pasti benar/salah.
3) Menjodohkan
Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep.
Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berfikir yang terlibat cenderung
rendah.
NON OBJEKTIF
4) Jawaban Singkat/Isian Singkat
Tes bentuk jawaban atau bentuk jawaban atau isian
singkat dibuat untuk menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk
menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan
melengkapi atau isian. Penskoran isian singkat dapat dilakukan dengan
memberikan skor satu untuk jawaban benar salah skor kosong untuk jawaban salah.
SOAL URAIAN
5) Uraian Objektif
Pertanyaan yangbisa digunakan adalah simpulan,
tafsirkan, dan sebagainya. Langkah untuk membuat tes objektif adalah : a).
menulis soal berdasarkan indicator pada kisi-kisi, dan b). mengedit pertanyaan.
6) Uraian Bebas
Bentuk instrument ini dapat dipakai untuk mengukur
komptensi-komptensi siswa dalam semua tingkat ranah kognitif.
7) Pertanyaan Lisan
Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola
kontinum 0 s/d 10, atau 0 s/d 100. Untuk memudahkan penskoran, dibuat
rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan.
2. Penilaian Kinerja (performance assessment)
Performance
assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana
peserta test diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian
pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan didalam berbagai konteks. Jadi
boleh dikatakan bahwa penilaian kerja adalah suatu penilaian yang meminta
peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan kedalam
berbagai macam konteks sesuai dengan ktiteria yang diinginkan.
a.
Langkah-langkah penilaian kinerja
1.
Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah
penting yang dapat dilakukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output)
yang terbaik.
2.
Menuliskan prilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang
penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir
(output) yang terbaik.
3.
Membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur
jangan terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat di observasi
selama siswa melaksanakan tugas.
b. Metode yang
dapat digunakan
1.
Metode holistic, digunakan apabila para penskor
(rater) hanya memberikan satu buah skor atau nilai (single rating) berdasarkan
penilaiam ,ereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta.
2.
Metode analytic, para penskor memberikan penilaian
(skor) pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang
dinilai dapat menggunakan checklist dan rating scale.
3. Penilaian Portofolio
Portopolio
merupakan kumpulan atau berkas pilihan yang dapat memberikan informasi bagi
suatu penilaian.
a.
Tujuan portopolio
ª
Menghargai perkembangan yang dialami siswa
ª
Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung
ª
Member perhatian pada prestasi kerja siswa yang
terbaik, dan lain-lain
b.
Prinsip portopolio
ª
Saling percaya (mutual trust) antara guru dan siswa
ª
Kerahasiaan bersama (confidentiality) antara guru dan
siswa
ª
Milik bersama (join ownership) antara siswa dan guru
ª
Kepuasan (satisfaction)
ª
Kesesuaian (relevance)
ª
Penilaian proses dan hasil
c.
Metode portopolio
Pengorganisasian dalam penilaian portofolio adalah :
hal yang sangat penting terdapat beberapa caraportopolio tetapi semuanya
mengandung hal yang paling penting yaitu :
1. pengumpulan (storing),
2. pemilihan
(sorting) dan
3. penetapan
(dating) dari suatu tugas (task).
Menurut nitko (2000), secara umum penilaian portopolio
dapat dibedakan menjadi lima bentuk, yaitu portopoliuo ideal, portopolio
penampilan, portopolio dokumentasi, portopolio evaluasi dan portopolio kelas.
d.
Pedoman penerapan penilaian portopolio
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dan dilakukan
oleh guru dalam penggunaan penilaian portopolio disekolah sebagai berikut.
Yaitu :
Memastikan bahwa siswa memiliki berkas portopolio dan
bahan penilaian.
e.
Contoh penilaian portopolio
Contoh tugas portopolio
ª
Siswa diminta membuat rancangan pengamatan (dibantu
dengan lembar kerja dari guru) mengenai materi-materi satu semester yang akan
diberlakukan eksperimentasi.
ª
Melakukan kegiatan eksperimentasi sesuai dengan
alokasi waktu pokok bahasan dengan yang direncanakan.
ª
Membuat suatu hasil pengamatan berpokok bahasan yang
dieksperimenkan dan mencari tentang factor-faktor yang berpengaruh terhadap
percobaannya.
ª
Siswa diminta melakukan diskusi tentang hasil
percobaan dan mengambil suatu generalisasi dari hasil percobaan tersebut.
4. Penilaian Proyek
a.
Konsep penilaian proyek
Yang dimaksud proyek adalah : tugas yang harus
diselesaikan dalam priode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa
inpestigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga
menyajikan data.
Dalam kurikulum, hasil belajar dapat dinilai ketika siswa sedang melakukan suatu proyek, misalnya pada saat :
Dalam kurikulum, hasil belajar dapat dinilai ketika siswa sedang melakukan suatu proyek, misalnya pada saat :
F Merencanakan
dan mengorganisasikan inpestigasi;
F Bekerja
dalam tim; dan
F Arahan diri
b.
Konteks dan tujuan penilaian proyek
Dikelas, guru menekankan penilaian proyek pada
prosesnya dan menggunakannya sebagai sarana untuk mengembangkan dan memonitor
keterampilan siswa dalam merencanakan, menyelidiki, dan menganalisis proyek.
Dalam konteks ini, siswa dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan pada suatu
topic, mempormulasikan pertanyaan, dan meyelidiki topic tersebut melalui bacaan
dan wawancara.
c.
Perencanaan penilaian proyek
Dalam perencanaan penilaian proyek terdapat tiga hal
yang perlu diperhatikan :
§
Kemampuan pengelolaan, jika siswa diberikan kebebasan
yang luas, mereka akan mendapatkan kesulitan dalam memilih topic yang tepat.
§
Relepansi, guru harus mempertimbangkan pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman pada pembelajaran agar proyek dijadikan sumber
bukti.
§
Keaslian, guru perlu mempertimbangkan seberapa besar
petunjuk atau dukungan yang telah diberikan kepada siswa.
d.
Judging proyek
F Metode
judgement proyek dapat dinilai secara holistic maupun analytic pada proses
maupun produknya. Secara holistic, nilai tunggal mencerminkan kesan umum,
sedangkan secara analytic, nilai diberikan pada beberapa aspek.
F Keterbandingan
judgiment dikelas, keterbandingan nilai proyek tidak begitu penting. Akan
tetapi guru harus tetap yakin bahwa nilainya dapat dimengerti siswa.
e.
Estimasi dan pelaporan prestasi
Penilaian proyek merupakan salah satu bukti untuk
ditempatkan pada peta kemajuan belajar siswa. Nilainya dapat dilakukan secara
subtektif maupun objektif.
f.
Contoh penilaian proyek
v Talk show
bersama ahli (expert) dari bidang perkoperasian, pengelola koperasi dan anggota
koperasi.
v Membuat
laporan atau makalah dari kegiatan obserpasi
v Mengadakan
diskusi panel di dalam kelas yang dimoderatori oleh guru tentang koperasi
makalah yang telah disusun berdasarkan hasil obserpasi tersebut.
5. Penilaian Hasil kerja
Terdapat dua tahapan penilaian yaitu : pertama,
penilaian tentang pemilihan dan cara penggunaan alat serta prosedur kerja
siswa. Kedua, penilaian tentang kualitas teknis maupun estetik hasil karya atau
kerja siswa.
6. Penilain Sikap
Menurut Klausmeier (1985), ada tiga metode belajar
dalam rangka pembentukan sikap.
o Mengamati
dan meniru, pembelajaran model ini berlangsung pengamatan dan peniruan melalui
model (lerning through moderling).
o Menerima
penguatan, penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan positif) dan dapat berupa
penguatan hukuman (penguatan negative).
o Menerima
informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan
atau tulisan.
a.
Sikap dan objek sikap yang perlu dimiliki
b.
Tindak lanjut
c.
Cara-cara menilai prilaku
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara,
cara-cara tersebut antara lain : observasi prilaku, pertanyaan langsung,
laporan pribadi, dan penggunaan sekala sikap.
d.
Contoh penilaian sikap
7. Penialian Diri
Penilaian diri ditingkat kelas (PDK) atau classroom self
assessment (CSA) adalah penilaian yang dilakukan sendiri oleh guru atau siswa
yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan kegiatan belajar mengajar (KBM)
ditingkat kelas.
a.
Ciri penilaian diri
·
Termotipasi diri;
·
Adanya komitmen kepala sekolah;
·
Tersosialisasi dengan baik;
·
Pelangsung berkesinambungan;
·
Transparansi;
b. Kriteria
penilaian diri
Kriteria penilaian diri meliputi : 1) isi materi yang
diajarkan, 2) presentasi apa yang telah di ajarkan, dan 3) kerjasama diantara
pimpinan sekolah.
c. Contoh
penilaian diri
8. Peta Perkembangan Hasil Belajar
Laporan hasil belajar yang dibuat dalam bentuk garis
continuum (grafik perkembangan) yang memuat deskripsi dan uraian perkembangan
kemampuan atau komptensi hasil belajar siswa dinamakan peta perkembangan hasil
belajar
9. Analisis Instrumen
Suatu instrument hendaknya dianalisis sebelum
digunakan. Tujuannya adalah : untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah
bahasa yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan bisa dipahami oleh siswa. Analisis
kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instumen yang telah dianalisis
secara kuanlitatif kepada sejumlah siswa yang memiliki karakteristik sama
dengan siswa yang akan diuji dengan instrument tersebut. Untuk mengetahui
efektipitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melihat
karakteristik butir instrument dengan mengikuti acuan kriteria yang dicerminkan
dari besarnya harga indeks sensitivitas.
10. Evaluasi Hasil Penilaian
Guru harus melakukan evaluasi terhadap test dan
menetapkan setandar keberhasilan. Dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui
komptensi dasar, materi, atau indicator yang belum mencapai ketuntasan. Jika
ditemukan sebagian besar siswa gagal, perlu dikaji kembali apakan instrument
penilaiannya terlalu sulit, apakah instrument penilaian sudah sesuai dengan
indikatornya, atau kah cara pembelajarannya (metode, media, teknik) yang
digunakan kurang tepat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Evaluasi
merupakan pengukuran ketercapaian program pendidikan, perencanaan suatu program
substansi pendidikan termasuk didalamnya kurikulum dan pelaksanaannya,
pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi
pendidikan secara keseluruhan.
Penilaian
berbasis kelas menggunakan pengertian penilaian sebagai “assessment” yaitu
kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang
hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar
mengajar. Data atau informasi dari penilaian berbasis kelas merupakan salah
satu bukti yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program
pendidikan.
Prinsip-Prinsip
dan Strategi Penilaian Kelas didalamya meliputi Prosedur dan Metode Penilaian,
Prinsip Penilaian Kelas, Fungsi Penialian Kelas, Tujuan Penilaian Kelas dan
Pengertian Penilaian Otentik (Autehentic Assessment),
Ragam Penilaian Kelas juga didalamnya meliputi Test Tertulis, Penilaian Kinerja (performance assessment), Penilaian Portofolio, Penilaian Proyek, Penilaian Hasil kerja, Penilain Sikap, Penialian Diri, Peta Perkembangan Hasil Belajar, Analisis Instrumen dan Evaluasi Hasil Penilaian.
Ragam Penilaian Kelas juga didalamnya meliputi Test Tertulis, Penilaian Kinerja (performance assessment), Penilaian Portofolio, Penilaian Proyek, Penilaian Hasil kerja, Penilain Sikap, Penialian Diri, Peta Perkembangan Hasil Belajar, Analisis Instrumen dan Evaluasi Hasil Penilaian.
B.
SARAN
Demikian
makalah yang berjudul”SISTEM PENILAIAN” tentunya kami sebagai penulis sangat mengharapkan
bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian dapat memberikan
kontribusi positif bagi pembaca khususnya Mahasiswa STAIN Palopo.
Dan kami menyadari bahwa dalam
makalah ini terdapat banyak kekeliruan, oleh karena itukami sangat mengharapkan
saran dan kritikan guna kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran : mengembangkan standar komptensi guru, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Azies, Furqonul & Alwasilah, A. Chaedar. (1996). Pengajaran
Bahasa Komunikatif: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Depdikbud.
(1990). Mengajar
Bahasa Indonesia: Untuk Guru Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdikbud.
Furqon.
(2001). Evaluasi
Belajar di Sekolah. Mimbar Pendidikan No. 3 Tahun XX, Bandung: UPI.
Hasan, S.
Hamid. (1988). Evaluasi Kurikulum.
Jakarta: Depdikbud, Dikti, Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
kependidikan.
Hasan, S. Hamid & Zainul, Asmawi (1993). Evaluasi Hasil Belajar.
Jakarta:
Depdikbud.
Hidayat S., Kosadi. (2002).Pembelajaran Bahasa komunitas Melalui Pembelajaran. Elekronika. Bandung: Mimbar Pendidikan
No. 1 tahun XXI.
Pusat Kurikulum (2007). Model
Penilaian Kelas Kuriikulum Berbasis Kompetensi.
http://www.Puskur. Net.
Sumardi .(2002). Peningkatan Mutu Pendidikan Lewat Bahasa Indonesia.
(Online).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar