Selasa, 01 Desember 2015

Makalah Kapita Selekta Pendidikan Islam "Pendidikan Islam Dalam Keluarga"




KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat serta inayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah (Pendidikan islam dalam keluarga, lingkungan sekolah) sebagai syarat mata kuliah pendidikan islam. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rosulullah Mohammad SAW. pembawa risalah kebenaran sebagai petunjuk bagi sekalian manusia.
Penulis yakin atas petunjuknya pula sehingga berbagai pihak telah berkenan memberikan bantuan, kemudahan bagi penulis dalam penulisan makalah ini untuk itu penulis mengatakan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak, selaku dosen kami yang telah memberikan arahan dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Semoga jasa semua pihak yang tercantum di nilai sebagai ibadah dan amal jariyah dan semoga pula makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua amin-amin yarobbal a’lamin.









BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
Sejarah pendidikan sama usianya dengan sejarah manusia, dengan kata lain keberadaan pendidikan bersamaan dengan keberadaan manusia.keduanya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain melainkan saling melengkapi. Pendidikan tidak akan punya arti bila manusia tidak ada didalamnya karena manusia merupakan subyek dan obyek pendidikan. Artinya manusia tidak akan berkembang secara sempurna bila tidak ada pendidikan.
Jika tujuan pendidikan Barat adalah untuk menjadi warga negara yang baik, maka pendidikan Islam untuk menjadi manusia yang baik (insan kamil). Jika target pendidikan di Barat untuk meningkatkan ekonomi negara, maka pendidikan Islam untuk meningkatkan kesejahteraan manusia lahir batin. Keduanya jelas beda. Pendidikan dalam Islam bukan sarana mencari materi saja. Dimensi pendidikan Islam dapat dilihat dari makna yang terkandung dalam istilah tarbiyah yang berarti pengasuhan, pendidikan, ta’lim pengajaran ‘ilm, atau ta’dib yang berarti penanaman ilmu dan adab. Masalahnya kini umat Islam cenderung mamahami pendidikan sekolah hanya sebatas makna ta’lim pengajaran (pengajaran ilmu). Sedangkan tarbiyah (pendidikan) dilakukan diluar sekolah. Sepertinya ta’lim dipahami sebagai pendidikan formal dan tarbiyah sebagai pendidikan non-formal atau informal dalam pengertian Barat. Akhirnya ta’lim tidak berupa pengajaran ‘ilm yang mengarah pada keimanan dan ketaqwaan dan tidak berdimensi tarbiyah. Sedangkan tarbiyah nya tidak berunsur ta’lim.
Pendidikan Islam tidak hanya menekankan pada aspek kognitif (ta’lim) dan meninggalkan aspek afektif (amal dan akhlaq). Pendidikan yang terlalu intelektualistis juga bertentangan dengan fitrah. Al-Qur’an mensyaratkan agar fikir didahului oleh zikir (Ali Imran 191). Fikir yang tidak berdasarkan pada zikir hanya akan menghasilkan cendekiawan yang luas ilmunya tapi tidak saleh amalnya. Ilmu saja tanpa amal, menurut Imam al-Ghazzali adalah gila dan amal tanpa ilmu itu sombong. Dalam pendidikan Islam keimanan harus ditanamkan dengan ilmu, ilmu harus berdimensi iman, dan amal mesti berdasarkan ilmu. Begitulah, pendidikan Islam yang sesuai dengan fitrahnya, yaitu pendidikan yang beradab.
Oleh karena itu kami ingin memaparkan beberapa fungsi-fungsi pendidikan baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. ketiganya merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi antara satu dengan yang lain. sehingga sangat layak sekali bila kami rangkum melalaui beberapa buku sebagai penambah pengetahuan terhadap fungsi pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
Untuk memfokuskan makalah ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana peran pendidikan islam kalau di tinjau dari aspek keluarga ?
2.      Faktor apa saja yang bisa mempengaruhi pendidikan islam dalam keluarga ?
C.     Tujuan Penulisan
Penulis makalah ini memilih beberapa tujuan antara lain adalah :
1.      Untuk memahami pendidikan islam dalam keluarga.
2.      Agar bisa di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.






BAB II
PEMBAHASAN
A.     Peran dan Fungsi Pendidikan dalam keluarga (lingkungan rumah)
Islam dikenal sebagai agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Namun Islam bukanlah hasil ijtihad atau pemikiran beliau saw. Akan tetapi langsung berasal dari Allah SWT. Di antara agama (syariat) yang pernah diturunkan Allah, Islam adalah yang agama terakhir yang paling sempurna seperti firman Allah SWT:
Artinya:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Kuridhoi Islam itu menjadi agama bagimu.” (Qs. Al-Maidah [5]: 3).
Kesempurnaan Islam ditandai antara lain dengan ketercakupan semua aktivitas manusia di semua aspek kehidupan di dalam aturan-aturannya, juga kemampuan Islam memecahkan semua masalah yang muncul di dalamnya. Tidak ada satu perbuatan manusia pun yang tidak ada aturannya dalam Islam. Di dalam Islam telah ditetapkan bahwa setiap amal perbuatan harus terikat dengan aturan Islam. Firman Allah SWT:
Artinya:
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Qs. Al-Hasyr [59]: 7).
Dalam hal lain, Rasulullah saw, bersabda: “Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang tidak didasarkan pada perintah kami, maka tertolak”.
Dengan demikian ajaran Islam sempurna dan kaum muslimin harus mengikatkan setiap aktivitasnya dengan aturan-aturan Islam yang sempurna, termasuk juga aktivitasnya dalam membentuk generasi mendatang yang berkualitas.

1.      Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam yang merupakan upaya sadar, terstruktur, terprogram dan sistematis yang bertujuan untuk membentuk manusia sebagai berikut:
a.       Membentuk Kepribadian Islam (Syakhshiyyah Islamiyyah),
“Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian, sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa-apa (dinul Islam) yang kubawa” (Hadist Arba’in An-Nawawiyyah). Kepribadian Islam merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim dalam kehidupannya. Kepribadian Islam seseorang akan tampak pada pola pikirnya (aqliyah) dan pola sikap dan tingkah lakunya (nafsiyah) yang distandarkan pada aqidah Islam.
Pada prinsipnya terdapat tiga langkah dalam pembentukan dan pengembangan kepribadian Islam sebagaiman yang pernah diterapkan Rasulullah Saw.
Pertama, melakukan pengajaran aqidah dengan teknik yang sesuai dengan karakter aqidah Islam yang merupakan aqidah aqliyyah (aqidah yang muncul melalui proses perenungan pemikiran yang mendalam).
Kedua, mengajaknya untuk selalu bertekat menstandarkan aqliyyah dan nafsiyyahnya pada aqidah Islam yang dimilikinya.
Ketiga, mengembangkan aqliyyah Islamnya dengan tsaqofah Islam dan mengembangkan nafsiyyah Islamnya dengan dorongan untuk menjadi lebih bertaqwa, lebih dekat hubungannya dengan Penciptanya, dari waktu ke waktu.
Seseorang yang beraqliyyah Islam tidak akan mau punya pendapat yang bertentangan dengan ajaran Islam. Semua pemikiran dan pendapatnya selalu sesuai dengan keislamannya. Tidak pernah keluar pernyataan: “Dalam Islam memang dilarang, tetapi menurut saya itu tergantung pada pribadi kita masing-masing”. Harusnya pendapat yang keluar contohnya adalah “Sebagai seorang muslim, tentu saya berpendapaat hal itu buruk, karena Islam mengharamkannya”.
Ketika ia belum mengetahui bagaimana ketetapan Islam atas sesuatu, maka ia belum berani berpendapat mengenai sesuatu itu. Ia segera menambah tsaqofah Islamnya agar ia segera bisa bersikap terhadap sesuatu hal yang beru baginya itu.
Seseorang yang bersikap dan bertingkah laku (bernafsiyyah) Islami adalah seseorang yang mampu mengendalikan semua dorongan pada dirinya agar tidak bertentangan dengan ketentuan Islam
b.      Mengusai Tsaqofah Islam,
 “Katakanlah (hai Muhammad), apakah sama orang-orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan”. (Qs. az-Zumar [39]: 9). Berbeda dengan ilmu pengetahuan (science), tsaqofah adalah ilmu yang didapatkan tidak lewat eksperimen (percobaan), tetapi lewat pemberitaan, pemberitahuan, atau pengambilan kesimpulan semata. Tsaqofah Islam adalah tsaqofah yang muncul karena dorongan seseorang untuk terikat pada Islam dalam kehidupannya. Seseorang yang beraqidah Islam tentu ingin menyesuaikan setiap amalnya sesuai dengan ketetapan Allah
c.       Menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinyamalam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal” (Qs. Ali-Imran [3]: 190). Mengusai iptek dimaksudkan agar umat Islam dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT dengan baik dan optimal di muka bumi ini. Lebih dari itu, Islam bahkan menjadikannya sebagai fardlu kifayah, yaitu suatu kewajiban yang harus dikerjakan oleh sebagian rakyat apabila ilmu-ilmu tersebut sangat dibutuhkan umat, seperti ilmu kedokteran, rekayasa industri, dan lain-lain.
d.      Memiliki Ketrampilan Memadai, “Siapkanlah bagi mereka kekuatan dan pasukan kuda yang kamu sanggupi” (Qs. al-Anfaal [8]: 60). Penguasaan ketrampilan yang serba material, misalnya ketrampilan dalam industri, penerbangan dan pertukangan, juga merupakan tuntutan yang harus dilakukan oleh umat Islam dalam rangka pelaksanaan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sebagaimana halnya iptek, Islam juga menjadikannya sebagai fardlu kifayah. Harus ada yang menguasainya pada saat umat membutuhkannya.
Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama yang di kenal anak, hal ini di sebabkan karena kedua orang tua adalah orang yang pertama di kenal anak dan diterimanya. Pendidikan, bimbingan, perhatian, dan kasih sayang yang terjalin antara kedua orang tua dengan anak-anaknya merupakan basis ampuh bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis serta nilai-nilai sosial dan religius pada diri anak didik.
Di dalam keluarga anak didik mulai mengenal hidupnya. hal ini harus di sadari dan di mengerti oleh tiap keluarga. bahwa anak di lahirkan di dalam lingkungan keluarga yang tumbuh dan berkembang sampai anak melepaskan diri dari ikatan keluarga. Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. suasana pendidikan keluarga ini sangat penting di perhatikan sebab dari sinilah keseimbangan jiwa dalam perkembangan individu. Kehadiaran anak di dunia ini di sebabkan hubungan kedua orang tua, maka mereka yang harus bertanggung jawab terhadap anak. Kewajiban orang tua tidak hanya sekedar memelihara eksistensinya untuk menjadikan kelak sebagai seorang pribadi tetapi juga memberikan pendidikan anak sebagai individu yang tumbuh dan berkembang.
Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan pertama dan terutama bagi anak. Pendidikan di keluarga bertujuan membentuk fondasi kepribadian Islam pada anak, yang akan dikembangkan setelah anak masuk sekolah.
Seorang anak di lahirkan dalam keadaan tidak berdaya dan dalam keadaan ketergantungan dengan orang lain tidak mampu berbuat apa-apa bahkan tidak mampu menolong dirinya sediri ia dilahirkan dalam keadaan suci bagaikan kertas putih yang kosong sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci maka orang tuanyalah yang dapat menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi”. (Hr. Al-Bukhori).
Keberhasilan pendidikan anak sampai masa awal kanak-kanak (balita) terutama ditentukan oleh pihak keluarga, karena banyak dilakukan oleh keluarga dan dalam lingkungan keluarga. Sedangkan mulai pada masa pertengahan kanak-kanak, anak mendapatkan pendidikan di sekolah maka strategi pendidikan yang diterapkan Negaralah yang menentukan pencapaian tujuan pendidikan anak sesuai yang digariskan Islam.
Selain keluarga dan negara, Dengan demikian, hal ini tergantung kepada orang tua untuk memberikan corak warna yang dihendaki terhadap anaknya. kenyataan tersebut menunjukkan bahwa kehidupan seorang anak pada saat itu benar-benar tergantung pada orang tuanya. Orang tua adalah tempat menggantungkan diri bagi anak secara wajar. Oleh karena itu, menurut Nabi untuk terbinanya situasi keluarga sakinah yang bernuansa islami hendaklah menjadikan kriteria agama sebagai kriteria utama.
Untuk mendukung terjalinnya proses tersebut di perlukan keberadaan kehidupan rumah tangga yang harmonis tentram penuh kedamaian dan kasih sayang serta suasana demokrasi yang kondusif dan menjamin kemerdekaan individu untuk berkembang secara optimal tanpa terbinanya susana kondusif tersebut maka proses sosialisasi yang dilakukan akan sulit tercapai sesuai dengan yang di inginkan/dihaarapkan. Kegagalna pendidikan di rumah tangga akan berdampak cukup besar pada proses pendidikan anak, Allah berfirman :
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (At-Tahrim : 6).
1.      Tanggung Jawab Keluarga
Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya antara lain sebagai berikut :
a.       Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak.
b.      Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Adanya tanggung jawab moral ini meliputi nilai-nilai agama atau nilai-nilai spiritual. Menurut para ahli bahwa penanaman sikap beragama baik pada masa anak-anak sekitar 3 sampai 6 tahun.
c.       Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara. Terjalinnya hubungan antara orang tua dengan anak adalah pertolongan kepada anak dalam membimbing mereka agar perkembangannya menjadi sempurna sebagaimana yang diharapkan.
d.      Memelihara dan membesarkan anak. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan, agar ia dapat secara berkelanjutan atau di samping itu ia bertanggung jawab dalam hal melindungi dan menjamin kesehatan anaknya baik secara jasmaniyah maupun rohaniyah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan diri anak tersebut.
e.       Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterempilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak sehingga bila dewasa akan mampu mandiri.



















BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Pendidikan tidak hanya dapat di tempuh di sekolah-sekolah umum atau yang lainnya, namun, pendidikan juga bisa di tempuh di luar sekolah, seperti keluarga, lingkungan atau masyarakat dan lain sebagainya. Karena disitu terdapat peserta didik dan pendidikan yang berupa orang tua dan anak dalam keluarga. Dari sanalah mereka terdidik dan mendidik, hingga mereka terbentuk menjadi insan kamil di dunia dan akhirat. Dimana mereka mendapatkan sesuatu hal yang baru, disitulah pendidikan itu berada.
Oleh karena itu, peran orang tua sangatlah besar bagi anak untuk membentuk karakter mereka sebagai modal awal atau pengetahuan awal bagi setiap anak dalam melatih diri mereka untuk mengikuti arus kehidupan sampai mereka mendapatkan pendidikan pada dunia baru pula.
B.     Saran
Bagi penanggung jawab pendidikan dan dalam hal ini adalah pemerintah, hendaknya mulai mereformulasi sistem pendidikan Islam dengan mengimplementasikan strategi pendidikan Islam dengan mengedepankan pertimbangan yang terbaik bagi negara tersebut agar kualitas peserta didik lebih baik.
Bagi para akademisi, pemerhati pendidikan dan stake holder lainnya, agar ikut andil dan saling bekerja sama dalam meningkatkan kualitas melalui pendidikan Islam yang dimanifestasikan, misalnya melalui rencana pendidikan, baik berjangka panjang ataupun pendek, tujuan pendidikan, komponen kurikulum, pelatihan tenaga kependidikan, maupun anggaran pendidikan, sehingga spirit untuk selalu memajukan dan mengembangkan pendidikan Islam tak akan pernah padam.






















DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.M, Metodologi Pendidikan,  Jakarta : CV Rajawali Pers 1985

Hasbullah, Flisafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara. 1993

Dr, Samsul Nizar M.A.Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta : 2005

Pengantar Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Gaya Media Pratama. Jakarta : 2001
Prof Dr. Ramayulis, M,A, Dalam Dasar-Dasar Pendidikan Islam, Media Permata, 2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar