BAB I
PENDAHULUAN
Peryataan di
sekitar batas wewenang penjelajahan sains, kaitan ilmu dengan moral, nilai yang
menjadi acuan seorang ilmuan, dan tanggung jawab sosial ilmuan telah
menempatkan landasan aksiologi ilmu pada
posisi yang sangat penting. Karena itu, salah satu aspek pembahasan integrasi
keilmuan ialah aksiologi ilmu.
Kita telah
membahas tentang hakekat apa/objek yang dikaji (ontologis), dan bagaimana cara
mendapatkan (epistimologis) ilmu, baik ilmu-ilmu agama islam maupun ilmu-ilmu
umum yang dikaitkan dengan integrasikedua ilmu tersebut. Kini sampailah pada
tahap pembahasan aksiologi (nilai kegunaan dari ilmu-ilmu tersebut).
Permasalahan aksiologi meliputi
sifat nilai, tipe nilai, kriteria nilai, status metafisika nilai. Pada
adasarnya ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan umat manusia. Ilmu dapat
dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf hidup manusia dan
kesejahteraannya dengan menitik beratkan pada kodrat dan martabat. Untuk
kepentingan manusia, maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh disusun dan dipergunakan
secara universal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Aksiologi
Sebelum
pembahasan lebih lanjut, terlebih dahulu perlu penjelasan arti dan defenisi
arti aksiologi. Secara harfiah , aksiologi berasal dari dua kata, aksio (yunani)
yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah
“teori tentang nilai”.
Jujun S.Suriasumantri mengartikan aksiologi
sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh. Sedangkan Aksiologi menurut Bramel, terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu:
- pertama, moral conduct. (tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni, etika)
- Kedua, esthetik expression. (ungkapan keindahan, bidang ini melahirkan keindahan)
- Ketiga, socio-politikal life. (kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio politik)
Beberapa
definisi aksiologi diatas menunjukkan bahwa masalah utama yang menjadi fokus
aksiologi ialah nilai dan penilaian. Nilai yang dimiliki oleh sesorang
merupakan karangka untuk melakukan pertimbangan tentang suatu objek yang
dinilai.
Berkaitan
dengan aksiologi, Drs. Prasetya mengatakan bahwa Aksiologi adalah study tentang
nilai, sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan
oleh setiap insan, adapun nilai yang dimaksud, yaitu:
- Nilai jasmani (nilai yang terdiri atas nilai hidup, nilai nikmat, dan nilai guna), dan
- Nilai rohani (nilai yang terdiri atas nilai intelek, nilai estetika, nilai etika dan nilai religi)
Dari
nilai-nilai tersebut, nilai hidup merupakan nilai dasar, yaitu sesuatu yang
dikejar manusia bagi kelangsungan hidupnya. Sedangkan nilai religi adalah nilai
utama, yaitu sesuatu yang didambakan manusia untuk kemuliaan dirinya.
Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya
melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau
yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free). Netralitas
ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi:
Jika hitam katakan hitam, jika
ternyata putih katakan putih; tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada
kebenaratt yang nyata. Sedangkan secara ontologi dan aksiologis, ilmuwan hams
manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk, yang pada hakikatnya
mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S. Suriasumantri, 2000:36).
B. Pengertian Ilmu
Ilmu adalah
istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu scientia yang berarti
ilmu. Atau dalam kaidah bahasa Arab berasal dari kata ‘ilm yang
berarti pengetahuan. Ilmu atau sains adalah pengakajian sejumlah
penrnyataan-pernyataan yang terbukti dengan fakta-fakta dan ditinjau yang
disusun secara sitematis dan terbentuk menjadi hukun-hukum umum.
C. Teori Tentang Nilai
1. Kebebasan
Nilai dan Keterikatan Nilai
Perkembangan
yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan sebuah polemik baru karena
kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa kita sebut sebagai netralitas
pengetahuan (value free). Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang
didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value
baound. Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan
pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai?
Bagi ilmuwan
yang menganut faham bebas nilai kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan akan
lebih cepat terjadi. Karena ketiadaan hambatan dalam melakukan penelitian. Baik
dalam memilih objek penelitian, cara yang digunakan maupun penggunaan produk
penelitian.
Sedangkan bagi
ilmuwan penganut faham nilai terikat, perkembangan pengetahuan akan terjadi
sebaliknya. karena dibatasinya objek penelitian, cara, dan penggunaan oleh
nilai.
Kendati demikian
paham pengetahuan yang disandarkan pada teori bebas nilai ternyata melahirkan
sebuah permasalahan baru. Dari yang tadinya menciptakan pengetahuan sebagai
sarana membantu manusia, ternyata kemudian penemuannya tersebut justru menambah
masalah bagi manusia. Meminjam istilah carl Gustav Jung “bukan lagi Goethe yang
melahirkan Faust melainkan Faust-lah yang melahirkan Goethe”.
2.
Jenis-jenis Nilai
Berikut adalah
jenis-jenis nilai yang di kategorikan pada perubahannya:
Jenis-jenis Nilai
|
Baik dan Buruk
|
Sarana dan Tujuan
|
Penampakan dan Real
|
Subjektif dan Objektif
|
Murni dan Campuran
|
Aktual dan Potensial
|
3. Hakikat Nilai
Berikut adalah beberapa
contoh dari hakikat nilai dilihat dari anggapan atau pendapatnya:
a. Nilai berasal dari kehendak, Voluntarisme.
b. Nilai berasal dari kesenangan, Hedonisme
c. Nilai berasal dari kepentingan.
d. Nilai berasal dari hal yang lebih disukai (preference).
e. Nilai berasal dari kehendak rasio murni.
4. Kriteria Nilai
Standar pengujian nilai
dipengaruhi aspek psikologis dan logis.
a. Kaum hedonist menemukan standar nilai dalam
kuantitas kesenangan yang dijabarkan oleh individu atau masyarakat.
b. Kaum idealis mengakui sistem objektif norma
rasional sebagai kriteria.
c. Kaum naturalis menemukan ketahanan biologis
sebagai tolok ukur.
5. Status Metafisik Nilai
a. Subjektivisme adalah nilai semata-mata tergantung
pengalaman manusia.
b. Objektivisme logis adalah nilai merupakan hakikat
logis atau subsistensi, bebas dari keberadaannya yang dikenal.
c. Objektivisme metafisik adalah nilai merupakan
sesuatu yang ideal bersifat integral, objektif, dan komponen aktif dari
kenyataan metafisik. (mis: theisme).
6. Karakteristik Nilai
a. Bersifat abstrak; merupakan kualitas
b. Inheren pada objek
c. Bipolaritas yaitu baik/buruk, indah/jelek,
benar/salah.
d. Bersifat hirarkhis; Nilai kesenangan, nilai
vital, nilai kerohanian, nilai kekudusan.
D. Ilmu dan Moral
Berbicara
masalah ilmu dan moral memang sudah sangat tidak asing lagi, keduanya memiliki
keterkaitan yang sangat kuat. Ilmu bisa menjadi malapetaka kemanusiaan jika
seseorang yang memanfaatkannya “tidak bermoral” atau paling tidak mengindahkan
nilai-nilai moral yang ada. Tapi sebaliknya ilmu akan menjadi rahmat bagi
kehidupan manusia jika dimanfaatkan secara benar dan tepat, tentunya tetap
mengindahkan aspek moral. Dengan demikian kekuasaan ilmu ini mengharuskan
seseorang ilmuan yang memiliki landasan moral yangn kuat, ia harus tetap
memegang idiologi dalam mengembangkan dan memanfaatkan keilmuannya. Tanpa
landasan dan pemahaman terhadap nilai-nilai moral, maka seorang ilmuan bisa
menjadi “monster” yang setiap saat bisa menerkam manusia, artinya bencana kemanusiaan
bisa setiap saat terjadi. Kejahatan yang dilakukan oleh orang yang berilmu itu
jauh lebih jahat dan membahayakan dibandingkan kejahatan orang yang tidak
berilmu . Kita berharap semoga hal ini bisa disadari oleh para ilmuan, pihak
pemerintah, dan pendidik agar dalam proses transformasi ilmu pengetahuan tetap
mengindahkan aspek moral. Karena ketangguhan suatu bangsa bukan hanya
ditentukan oleh ketangguhkan ilmu pengetahuan tapi juga oleh ketangguhan moral
warga.
E. Aksilogi : Nilai Kegunaan Ilmu
Berkenaan
dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat
dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia,
dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini,
menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun.S.Suriasumatri yaitu
bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau
justru malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang
disebabkan oleh ilmu, kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan
ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai
kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal
baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunakannya. .
Nilai
kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat
ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga
hal, yaitu:
- Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut
membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau
hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem
politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan
mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
- Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang
kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam
kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk
dalam menjalani kehidupan.
- Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita
menghadapi banyak masalah. Bila ada batu didepan pintu, setiap keluar dari
pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu adalah masalah. Kehidupan akan
dijalani lebih enak bila masalah-masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak
cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling
rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya masalah tidak
terselesaikan secara tuntas. Penyelesaian yang detail itu biasanya dapat
mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
F. Kaitan Aksiologi Dengan Filsafat
Ilmu
Nilai itu
bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif
jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan
penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran dari pendapat individu
melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila
subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur
penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai
pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah
kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
Bagaimana
dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai
kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan
antara peryataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada
objektifitasnya. Seorang ilmuan harus melihat realitas empiris dengan
mengesampingkan kesadaran yang bersifat idiologis, agama dan budaya. Seorang
ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas melakukan
eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada
proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya berhasil dengan baik.
Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat pada nilai
subjektif
G. Aliran-aliran yang Berpendapat
Aksiologi
- Pandangan aksiologi paranialisme
- Pandangan aksiologi essensialisme
- Pandangan aksiologi rekontruksionisme
BAB III
SIMPULAN DAN
SARAN
A.
simpulan
Aksiologi
adalah “teori tentang nilai”. Jujun S.Suriasumantri mengartika aksiologi
sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh.. Sedangkan Aksiologi menurut Bramel, terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu: pertama, moral conduct, kedua, esthetik expression dan ketiga,
socio-politikal life.
Berkaitan
dengan aksiologi, Drs. Prasetya mengatakan bahwa Aksiologi adalah study tentang
nilai, sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan
oleh setiap insan, adapun nilai yang dimaksud, yaitu: nilai jasmani, dan nilai
rohani.
Ilmu dan
moral memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Ilmu bisa menjadi malapetaka
kemanusiaan jika seseorang yang memanfaatkannya “tidak bermoral” atau paling
tidak mengindahkan nilai-nilai moral yang ada. Tapi sebaliknya ilmu akan
menjadi rahmat bagi kehidupan manusia jika dimanfaatkan secara benar dan tepat,
tentunya tetap mengindahkan aspek moral
B.
Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan kami mengucapkan
terimakasih kepada segenap pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini. Selain itu, kritik dan saran dharapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.
Daftar Putaka
Azra Azyumardi, Integrasi
Keilmuan, (Jakarta: PPJM dan UIN Jakarta Press)
http://adikke3ku.wordpress.com/2008/05/19/aksiologi-ilmu/#_ftnref2
http://fadlibae.wordpress.com/2010/10/04/ontologi-epistemologi-aksiologi-dalam-keilmuan/
http://kacongmadura.multiply.com/journal/item/3#sdfootnote6anc
Jalaluddin, Filsafat
Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002) cet. Ke-2
Munawaroh Djunaidun , dkk Filsafat Pendidikan Perspektif Islam dan Umum (Jajarta:
UIN Jakarta Press). Cet .1
Salam Burhanuddin, Logika
Materil, Filsapat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Reneka Cipta, 1997),
cet. Ke-1
Sumatriasumatri Jujun S., Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan, 1988)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar