BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang eksploratif dan potensial.
Dikatakan makhluk eksploratif , karena manusia memiliki kemampuan untuk
mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia sebagai makhluk
potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang
dapat dikembangkan secara nyata.
Selanjutnya manusia juga disebut sebagai makhluk yang
memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal
manusia memerlukan bantuan dari luar dirinya.Bantuan yang dimaksud antara lain
dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Bimbingan dan
pengarahan yang diberikan dalam dalam membantu perkembangan tersebut pada
hakekatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri,yang sudah
tersimpan seagai potensi bawaannya. Karena itu bimbingan yang tidak searah
dengan potensi yang dimiliki akan berdampak negatif bagi perkembangan manusia.
Dalam diri kita selain mempelajari tentang perkembangan jiwa keduniaan ,kita juga mempelajari jiwa keagamaan karena kita harus melihat kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh sebab kebutuhan manusia yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani akan menyebabkan timbul ketimpangan dalam perkembangan.
Dalam diri kita selain mempelajari tentang perkembangan jiwa keduniaan ,kita juga mempelajari jiwa keagamaan karena kita harus melihat kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh sebab kebutuhan manusia yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani akan menyebabkan timbul ketimpangan dalam perkembangan.
Jiwa keagamaan termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat
tergantung pada aspek fisik,dan dengan demikian pula sebaliknya. Oleh karena
itu sering dikatakan kesehatan fisik akan sangat berpengaruh pada kesehatan
mental . Selain itu perkembangan juga ditentukan oleh tingkat usia .
Secara garis besar periode perkembangan itu dibagi menjadi 7 masa yaitu :
Secara garis besar periode perkembangan itu dibagi menjadi 7 masa yaitu :
1.
Masa Pre-natal
2.
Masa Bayi
3.
Masa Kanak-kanak
4.
Masa Pre-pubertas
5.
Masa Pubertas
6.
Masa Dewasa
7.
Masa Usia Lanjut
Setiap masa perkembangan memiliki ciri-ciri sendiri
,termasuk jiwa keagamaan. Sehubungan dengan kebutuhan manusia dan periode
perkembangan tersebut, maka dalam kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan
akan dilihat sebagaimana pengaruh timbal-balik antara keduanya. Dengan demikian
perkembangan jiwa keagamaan juga akan dilihat dari tingkat usia dewasa dan usia
lanjut.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana diurai
di atas maka penulis menyusun rumusan masalah yakni sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah pengertian dewasa dan ciri kedewasaan ?
2.
Bagaimanakah karakteristik sikap keberagamaan pada masa
dewasa ?
3.
Bagaimanakah masalah-masalah keberagamaan pada masa dewasa ?
4.
Bagaimanakah manusia usia lanjut dan agama ?
5.
Bagaimanakah perlakuan terhadap usia lanjut menurut islam ?
C.
Tujuan
Bertitik tolak pada rumusan masalah di atas makaa perumusan
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui bagaimanakah pengertian dewasa dan ciri
kedewasaan.
2.
Mengetahui karakteristik sikap keberagamaan pada masa dewasa.
3.
Mengetahui masalah-masalah keberagamaan pada masa dewasa.
4.
Mengetahui manusia usia lanjut dan agama.
5.
Mengetahui perlakuan terhadap usia lanjut menurut islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Ciri Kedewasaan
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan
jiwa mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia
dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup.
Dengan kata lain, orang dewasa nilai-nilai yang yang dipilihnya dan berusaha
untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya.
Elizabeth
B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian:
a.
Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa
reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan,
perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang
baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.
b.
Masa dewasa madya (middle adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh
sampai enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial antara
lain masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita
meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu
priode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.
Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan
kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan
pribadi dan sosial.
c.
Masa usia lanjut (masa tua/older adult)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup
seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang
ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang
semakin menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan
sosialnya adalah sebagai berikut perubahan yang menyangkut kemampuan motorik,
peruban kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam
sistem syaraf, perubahan penampilan.
B.
Karakteristik Sikap Keberagamaan
pada Masa Dewasa
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap
keberagamaan pada orang dewasa antara lain memiliki ciri sebagai berikut:
1.
Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran
yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
2.
Cenderung bersifat realitas, sehinggga norma-norma agama
lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3.
Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan
berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4.
Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan
tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap
hidup.
5.
Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6.
Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga
kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga
didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
7.
Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe
kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam
menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
8.
Terlihat adanya hubungan antar sikap keberagamaan dengan
kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial
keagamaan sudah berkembang.
C.
Masalah-Masalah Keberagamaan pada
Masa Dewasa
Seorang
ahli psikologi Lewis Sherril, membagi masalah-masalah keberagamaan pada masa
dewasa sebagai berikut :
a.
Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah
hidup yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.
b.
Masa dewasa tengah, masalah sentaral pada masa ini adalah
mencapai pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam
membuat keputusan secara konsisten.
c.
Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah ‘pasrah’. Pada masa
ini, minat dan kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih
berpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih sangat
menonjol pada usia tua.
D.
Manusia Usia Lanjut dan Agama
Pada tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang
dialami oleh karena adanya pertentangan antara kecenderungan untuk mengetatkan
hubungan dengan kecenderungan untuk mengisolasi diri. Terlihat kecenderungan
untuk berbagi perasaan bertukar pikiran dan memecahkan berbagai problema
kehidupan dengan orang lain ( Rit Atkinson,1983 : 97).
Mereka yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 Th) memiliki kecenderungan besar untuk berumah tangga, kehidupan sosial yang lebih luas serta memikirkan masalah-masalah agama yang sejalan denganlatar belakang kehidupannya .
Mereka yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 Th) memiliki kecenderungan besar untuk berumah tangga, kehidupan sosial yang lebih luas serta memikirkan masalah-masalah agama yang sejalan denganlatar belakang kehidupannya .
Selajutnya pada tingkat kedewasaan menengah (40-65 th)
manusia mencapai puncak periode usia yang paling produktif . Tetapi dalam
hubungannya dengan kejiwaan, maka pada usia ini terjadi krisis akibat
pertentangan batin antara keinginan untuk bangkit dengan kemunduran diri.
Karena itu umumnya pemikiran mereka tertuju pada upaya untuk kepentingan
keluarga, masyarakat dan generasi mendatang.
Adapun di usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 65
tahun manusia akan menghadapi sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama
adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas
menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan
semangat.
Adapun sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami
peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan .
Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan
sikap keagamaan pada manusia usia lanjut, secara garis besar ciri-ciri
keberagamaan di usia lanjut adalah :
1.
Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat
kemantapan .
2.
Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat
keagamaan.
3.
Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan
akhirat secara lebih sungguh-sungguh.
4.
Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling
cinta antar sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.
5.
Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan
dengan usia yang bertambah lanjut .
E.
Perlakuan terhadap Usia Lanjut
Menurut Islam
Menurut Lita L . Atkinson, sebagian besar orang-orang yang
berusia lanjut (usia 70-79 th) menyatakan tidak merasa dalam keterasingan dan
masih menunjukkan aktifitas yang positif. Tetapi perasaan itu muncul setelah
mereka memperoleh bimbingan semacam teraphi psikologi.
Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati setengah baya, arah perhatian mereka mengalami perubahan yang mendasar. Bila sebelumnya perhatian diarahkan pada kenikmatan materi dan duniawi, maka pada peralihan ke usia tua ini, perhatian mereka lebih tertuju kepada upaya menemukan ketenangan batin. Sejalan dengan perubahan itu, maka masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan akhirat mulai menarik perhatian mereka.
Perubahan orientasi ini diantarnya disebabkan oleh pengaruh psikologis. Di satu pihak kemampuan fisik pada usia tersebut sedah mengalami penurunan. Sebaliknya di pihak lain, memiliki khasanah pengalaman yang kaya. Kejayaan mereka di masa lalu yang pernah diperoleh sedah tidak lagi memperoleh perhatian karena secara fisik mereka dinilai sudah lemah. Kesenjangan ini menimbulkan gejolak dan kegelisahan-kegelisahan batin.
Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati setengah baya, arah perhatian mereka mengalami perubahan yang mendasar. Bila sebelumnya perhatian diarahkan pada kenikmatan materi dan duniawi, maka pada peralihan ke usia tua ini, perhatian mereka lebih tertuju kepada upaya menemukan ketenangan batin. Sejalan dengan perubahan itu, maka masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan akhirat mulai menarik perhatian mereka.
Perubahan orientasi ini diantarnya disebabkan oleh pengaruh psikologis. Di satu pihak kemampuan fisik pada usia tersebut sedah mengalami penurunan. Sebaliknya di pihak lain, memiliki khasanah pengalaman yang kaya. Kejayaan mereka di masa lalu yang pernah diperoleh sedah tidak lagi memperoleh perhatian karena secara fisik mereka dinilai sudah lemah. Kesenjangan ini menimbulkan gejolak dan kegelisahan-kegelisahan batin.
Apabila gejolak-gejolak batin tidak dapat di bendung lagi,
maka muncul gangguan kejiwaan seperti stress, putus asa, ataupun pengasingan
diri dari pergaulan sebagai wujud rasa rendah diri (inferiority). Dalam kasus-kasus
seperti ini, umumnya agama dapat difungsikan dan diperankan sebagai penyelamat.
Sebab melalui ajaran pengamalan agama, manusia usia lanjut merasa memperoleh
tempat bergantung. Fenomena adanya para pejabat pensiunan seperti ini sudah
jamak terlihat di masyarakat akhir-akhir ini .
Sebagai dalam memberi perlakuan yang baik kepada kedua orang
tua ,Allah menyatakan :
Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu , maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia .(Qs 17 : 23)
Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu , maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia .(Qs 17 : 23)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh
sampai enam puluh tahun. Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup
seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang
ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang
semakin menurun.
Seorang ahli psikologi Lewis Sherril membagi masalah-masalah
keberagamaan pada masa dewasa yaitu masa dewasa awal, masalah yang dihadapi
adalah memilih arah hidup yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai
kemungkinan pilihan. Masa dewasa tengah, masalah sentral pada masa ini adalah
mencapai pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam
membuat keputusan secara konsisten. Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah
‘pasrah’. Pada masa ini, minat dan kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi
kurang rumit dan lebih berpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti.
Kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia tua.
Menurut Lita L . Atkinson, sebagian besar orang-orang yang
berusia lanjut (usia 70-79 th) menyatakan tidak merasa dalam keterasingan dan
masih menunjukkan aktifitas yang positif. Tetapi perasaan itu muncul setelah
mereka memperoleh bimbingan semacam teraphi psikologi.
Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati setengah baya, arah perhatian mereka mengalami perubahan yang mendasar. Bila sebelumnya perhatian diarahkan pada kenikmatan materi dan duniawi, maka pada peralihan ke usia tua ini, perhatian mereka lebih tertuju kepada upaya menemukan ketenangan batin. Sejalan dengan perubahan itu, maka masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan akhirat mulai menarik perhatian mereka.
Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati setengah baya, arah perhatian mereka mengalami perubahan yang mendasar. Bila sebelumnya perhatian diarahkan pada kenikmatan materi dan duniawi, maka pada peralihan ke usia tua ini, perhatian mereka lebih tertuju kepada upaya menemukan ketenangan batin. Sejalan dengan perubahan itu, maka masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan akhirat mulai menarik perhatian mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Sururin,
M.Ag. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar